tag:blogger.com,1999:blog-76154338816109751182024-03-12T18:43:26.357-07:00Toko Muslim JogjaInspirasi Bahagiamas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-33292885501858998172023-12-15T08:22:00.000-08:002023-12-15T08:22:17.088-08:00Masjid Agung Kendal dan Tradisi Bubur Lodeh Saat Buka Puasa<p><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1GRlMBYawiOOVj3NGk8oywOUM84QQWxw-U-RKO0KOjfGyALu1CUC1j7BTuchUxzPNIQnFeATr_Q4xrC50wYcaOfJcmUNr9aHNN1LGl4Ce8KNWPS_fIYiCr9_9njklfvVN3DRS_5-cBAmDmMwIsAdxxtLjRMD0Dtyr9cnf430S3ihXaM55hMXVULYZ9FA/s1600/masjid-agung-kendal.jpg" width="100%" /></p><p>Kabupaten Kendal, Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu daerah di Jawa Tengah yang punya banyak bangunan peninggalan tokoh agama Islam, yang tetap berdiri dan digunakan untuk ibadah. Satu diantaranya adalah Masjid Agung Kendal.</p><p>Masjid tertua di Kabupaten Kendal yang dibangun pada sekitar tahun 1493 Masehi, atau tepatnya 1210 H oleh Raden Suweryo atau Wali Joko, pada jaman Kesultanan Demak. Beliau adalah salah satu santri Sunan Kalijaga, yang ditugasi untuk menyebarkan agama Islam di sekitar Kendal.</p><p>Wali Joko masih punya hubungan darah dengan Raden Patah, raja pertama Kesultanan Demak Bintoro yang juga putra Brawijaya V. Tak heran jika bangunan awal Masjid Agung Kendal mirip dengan Masjid Agung Demak, terutama atapnya berbentuk yang terbuat dari kayu sirap susun tiga.</p><p>Dalam perjalanannya, Masjid Agung Kendal telah mengalami beberapa kali renovasi. Meski begitu, bangunan aslinya hingga kini masih tetap bisa dilihat. Antara lain tiang penyangga masjid yang berjumlah 16, jendela, serta pintu masjid yang terbuat dari kayu jati tua. Khusus untuk tiang penyangga kini sudah bertambah menjadi 80 buah karena bangunan masjid sudah diperbesar.</p><p>Masjid ini hingga sekarang masih sangat kokoh dan menjadi masjid terbesar di Kendal. Banyak warga muslim dari berbagai daerah yang datang ke sini untuk beribadah dan ziarah ke makam Wali Joko dan berada di kompleks Masjid tersebut.</p><p>Khusus di bulan suci Ramadhan, masjid ini semakin ramai dengan kegiatan. Yang khas adalah buka puasa bersama dengan bubur lodeh. Menu ini disediakan gratis baik bagi warga sekitar masjid maupun musafir. Menurut akmir Masjid Agung Kendal, Pujianto, tradisi buka puasa dengan bubur lodeh dimulai pada jaman pendudukan Jepang, saat masyarakat waktu itu kesulitan pangan.</p><p>Lokasi Masjid Agung Kendal berada persis di tepi jalan raya pantura, berdekatan dengan pendopo Bupati Kendal.</p><p>Saat Ini. Masjid Agung Kendal Sedang Mengalami Renovasi Secara Menyeluruh. Beberapa Tiang Penyangganya Yang mulai di Perbaiki & di Pasang Ulang Seperti Empat saka guru ini, merupakan peninggalan dari Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Ampel dan Sunan Gunung Jati. Pemasangan pertama, dimulai dengan pemasangan Soko dari Sunan Bonang.</p><p>Panitia renovasi pembangunan Masjid Agung Kendal, Sugeng Suprayitno, mengatakan, renovasi Masjid Agung Kendal memiliki tujuan untuk meningkatkan kenyamanan beribadah di masjid kebanggaan masyarakat Kabupaten Kendal. Selain itu, untuk mendukung penataan kawasan Alun-alun Kendal sebagai titik pusat kegiatan wilayah di Kabupaten Kendal.</p><p>Pelaksanaan renovasi Masjid Agung Kendal yang terdiri dari dua lantai ini, telah dimulai peletakan batu pertama yang dilaksanakan pada tanggal 24 Desember tahun 2022 lalu, berarti sampai saat ini telah berlangsung selama kurang lebih delapan bulan.</p><p>Persentase pelaksanaan fisik secara keseluruhan mencapai kurang lebih 25 persen dari total rencana pekerjaan konstruksi dengan anggaran rencana Rp 60 miliar,” kata Sugeng yang juga Staf Ahli Bupati Kendal ini.</p><p>Menurut Sugeng, khusus untuk item pekerjaan, yang dipilih dari dana hibah anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Kendal tahun anggaran 2023, dan dari Yayasan Masjid Agung Kendal sebesar Rp 20 miliar.</p><p>“Persentase pelaksanaan sudah mencapai 56 persen, yang meliputi item pekerjaan konstruksi rangka baja bangunan masjid pada bagian sisi Utara, dan bagian pada sisi Selatan bangunan masjid. Konstruksi beton bertulang untuk kolom plat lantai satu, dan plat atap bangunan pada bagian Sisi Utara bangunan masjid, dan dinding luar bangunan pada bagian sisi Utara bangunan masjid,” ujar Sugeng.</p><p>Dikatakan, pelaksanaan pekerjaan ini, biaya dari dana hibah APBD Kabupaten Kendal tahun anggaran 2023, yang meliputi penyelesaian konstruksi rangka bangunan masjid pada bagian Selatan.</p><p>Harapan selanjutnya, acara keseluruhan pekerjaan renovasi Masjid Agung Kendal segera diselesaikan dengan sumber pembiayaan yang direncanakan, yaitu dari kas takmir Masjid Agung Kendal, sumbangan material dari masyarakat dan sumbangan-sumbangan lain yang tidak mengikat.</p><p>Masjid Agung Kendal Terletak di Tepi Jalan Pantura Soekarno Hatta. Tepat Berada di Pusat Kota Kabupaten Kendal. </p><p>Masjid Agung Kendal Sering Kali di jadikan Sebagai Tempat Ibadah Bagi Para Pengunjung dari Luar Kota yang Singgah di Kabupaten Kendal. Karena Posisinya Yang Sangat Strategis.</p><p><i>(Source by @pesona_kendal dan https://www.tvonenews.com)</i></p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-16291877328966340762023-12-08T02:08:00.000-08:002023-12-08T02:08:17.539-08:00Menangkan Dulu Hati Lelaki Kita<p>Di sebuah acara "reality show" Indonesia, seorang lelaki botak yang juga mentalis terlihat mewawancarai bintang tamunya. Begini kalimat pembukanya "Menjadi istri yang baik atau ibu yang baik?"</p><p>Sayangnya saya tidak mengikuti acara tersebut. Sudah dua tahun terakhir ini rumah kami bebas televisi. Cuplikan acara tersebut saya temui di beranda akun media sosial seorang teman. Saya tertarik membahasnya karena kajian ini persis dengan tema yang saya dapat beberapa bulan lalu.</p><p>Kalian tahu apa jawaban pertanyaan yang awalnya membingungkan saya itu? Padahal ada satu kitab ajaib yang sudah menjelaskan secara apik jawabannya. Alquran berbicara tentang perempuan. Dia adalah kunci segalanya. Kebaikan keluarga, masyarakat, dan negara. Masih di dalam kitab yang menakjubkan itu perempuan dalam hal perannyanya dibagi menjadi empat bagian berdasar prioritas terbaiknya. Pertama, sebagai istri. Kedua, sebagai ibu. Ketiga sebagai pribadi. Terakhir, peran sosial.</p><p>Diantara keempat hal tersebut, alquran paling banyak bercerita tentang kiprah perempuan sebagai istri. Dan yang minim adalah kiprahnya dalam bidang sosial. Maka yang hari ini masih disibukkan oleh berbagai aktifitas yang manfaatnya hanya berdampak bagi dirinya sendiri sebaiknya segera berbenah. Begitu pula para "sosialita" diminta untuk berpikir ulang tentang perannya jika menginginkan dari rahimnya lahir generasi mulia.</p><p>Perhatikan urutan dominannya baik-baik. Ketika kita coba untuk membaliknya atau menggeser letaknya sekehendak nafsu kita, maka yang terjadi adalah tumbuhnya anak-anak yang bermasalah.</p><p>Jadi ketika ditanya "Menjadi istri yang baik atau ibu yang baik?". Maka jawabannya adalah istri yang baik. Itu adalah tingkatan peran teratas. Selesaikan dengan baik bagian ini. Berikan pengabdian istimewa untuk suami. Lalu perhatikanlah kemudian tugas perempuan sebagai ibu akan dengan mudah dijalani.</p><p>Inilah jawaban kenapa sebuah rumah yang "broken home" akan sulit sekali melahirkan anak-anak yang kokoh kepribadiannya. Karena tak lain, ia tak mendapatkan teladan itu di rumahnya. Tempat di mana kegemilangan generasi itu bermula.</p><p>Beberapa kali saya menemui kasus perempuan yang abai pada suaminya setelah hadirnya anak-anak. Mereka menganggap peran suci sebagai ibu di atas segalanya. Kemudian menuntut suami untuk paham bahwa kini sudah hadir makhluk kecil yang patut diprioritaskan dari pada suami. Ternyata ini keliru, perempuan cenderung mengikuti perasaannya untuk terus dipahami. Lihat saja betapa banyak literasi yang membahas tentang betapa peliknya peran perempuan sebagai istri dan ibu sekaligus. Bahkan lengkap dengan sajian data bahwa peran ini rawan depresi. Sampai pada kasus bunuh diri. Terus diulas gangguan psikologis yang sering sekali terjadi pada mereka.</p><p>Saya tak hendak menafikan fakta tersebut, tetapi saya ingin setiap wanita paham tentang urutan prioritas yang telah dirumuskan wahyu. Bukankah kita tak pernah ragu bahwa alquran itu adalah sebenar-benar petunjuk?</p><p>Seperti nasihat yang disampaikan ustazah saya di suatu siang ketika membahas tentang pengasuhan anak. "Sajikan pengabdian dan bakti terbaik yang bisa kita lakukan kepada suami, maka perhatikan keajaiban yang akan terjadi. Pengasuhan anak-anakpun menjadi kian mudah".</p><p>Berapa banyak kejadian emak yang temperamen kepada anak-anaknya hanya karena masalahnya dengan suami yang belum selesai. Maka sekali lagi, perhatikan prioritas penting ini ya Mak. Menangkan dulu hati lelaki kita.</p><p>Adalah tak mudah mencari tulisan dari lelaki yang mengulas tentang ini. Jikapun ada, maka ini tema yang tak menarik. Kurang dramatis. Bagi perempuan yang kapasitas perasaannya lebih mendominasi, menganggap hal ini adalah "lebay". Makanya kemudian mereka menjuluki suami sebagai "bayi besar".</p><p>Saya tertarik sekali dengan pengalaman seorang teman ngaji yang ikut suaminya tugas belajar tinggal di Jeddah. Maka hal pertama yang saya tanyakan padanya waktu itu adalah "Wah.. enak ya kalau akhir pekan bisa sering-sering ke Mekkah buat umrah, terus ramadhan juga bisa iktikaf di masjidil haram".</p><p>Mengingat jarak antara kedua kota itu tak begitu jauh.</p><p>Saya sukses melongo ketika ia menjawab "Nggak juga, aku tuh gak enak mikirin ibadah sunnah, sementara yang wajib terbengkalai".</p><p>"Maksudnya?" tanya saya bodoh.</p><p>"Iya.. hatiku nggak plong gitu kalau pergi iktikaf ataupun umrah sementara suami di sini makan minumnya gimana? yang nyiapin bajunya siapa? ininya terus itunya?"</p><p>Jleb!</p><p>Dan pikiran egois saya langsung meleleh takjub. Masya Allah..</p><p>Dialog lain yang terjadi belasan tahun silam antara saya dan dosen tingkat pertama di bangku kuliah dulu juga masih begitu melekat erat. Ketika beliau mengkhawatirkan gelar paska sarjana dan penghasilan bulanannya berada di atas gelar dan gaji sang suami.</p><p>"Aku khawatir gelar dan penghasilan ini menghalangiku dari bakti pada suami".</p><p>Sungguh kesadaran yang keren pada zaman di mana perempuan hari ini ribut menuntut kesetaraan gender dalam bungkus kemasan emansipasi yang salah kaprah. Dan bangga dengan kemampuan dirinya yang bisa mandiri menghasilkan sejumlah rupiah dari keringatnya sendiri. Perlahan ketundukan dan ketaatan pada suami sedikit demi sedikit tergerus. Ini keniscayaan. Hukum alam kepada mereka yang di dalam hatinya bersemayam biji kesombongan dan jauh dari majelis ilmu.</p><p>Betapa seringnya kita, eh saya maksudnya merasa segala pekerjaan melayani suami dari mulai menyiapkan hal-hal kecil itu adalah pekerjaan sepele. Dan berpikir keras mengejar amalan lainnya. Kehadiran bayi dan suami seperti penghalang antara diri kita dan ibadah yang nyaman. Bagaimana sulitnya mencari waktu untuk sekadar tenang membaca alquran tanpa interupsi ini dan itu. Bangun tahajud susah waktu si bayi bentar-bentar bangun malam minta Asi. Padahal syarat masuk surga seorang istri itu tak disebut harus tahajud atau tadarusan.</p><p>"Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya: "Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau". (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).</p><p>Coba perhatikan lagi hadits yang luar biasa ini. Ah, semoga kita tidak termasuk istri yang "ngeyelan" sampai "ngambekan" hanya gara-gara menganggap amalan masa lajang dulu jauh melesat pencapaiannya dibanding ketika kita menjadi "emak-emak".</p><p>Camkan lagi kata-kata terakhir dari sabda Sang Nabi tersebut, : "Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau".</p><p>Ganjaran keren yang bagaimana lagi coba yang mau kita kejar?</p><p>Taubat yuk Mak.. ??</p><p>#10YearsChallenge</p><p>#EmakNgeyelerToEmakTaubater</p><p>(Status FB Fri Okta Fenni | Banda Aceh, 17 Januari 2019)</p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-82210791475918387282023-12-08T02:00:00.000-08:002023-12-08T02:36:56.696-08:00Tahukah Anda, Kebutuhan Dasar Emosi Pasangan Anda?<p>Pernikahan yang berhasil dan bahagia, bukan saja memerlukan kebutuhan material dan fisik semata-mata. Ada sangat kebutuhan yang harus dipenuhi secara timbal balik antara suami dan istri, yang menciptakan kebahagiaan dalam keluarga. </p><p>Dr. Willard F. Harley, Jr. penulis buku "His Needs Her Needs, Building an Affair-Proof Marriage" menyatakan, suami dan isteri memiliki kebutuhan dasar emosi masing-masing.</p><p>Kebutuhan emosi ini jika tidak dipenuhi akan menjadi penyebab ketidakbahagiaan di dalam hubungan pernikahan.</p><p>Menurut Harley, ada sepuluh kebutuhan dasar emosi bagi suami dan isteri, yaitu kekaguman, kasih sayang, percakapan, dukungan rumah tangga, komitmen keluarga, dukungan finansial, kejujuran dan keterbukaan, daya tarik fisik, partner rekreasi, dan kepuasan seksual.</p><p>Berikut analisa kebutuhan emosi bagi suami dan istri. Siapa yang memerlukan lebih dari yang lain?</p><p></p><ul style="text-align: left;"><li><b>isteri </b>butuh <b>family commitment</b> (komitmen keluarga), sedangkan <b>suami </b>butuh <b>admiration </b>(penghargaan / kekaguman).</li><li><b>isteri </b>butuh <b>affection</b> (afeksi), sedangkan <b>suami </b>butuh <b>sexual fullfilment</b> (pemenuhan seksual)</li><li><b>isteri </b>butuh <b>conversation</b> (percakapan), sedangkan <b>suami </b>butuh <b>recreational companionship</b> (partner rekreasi)</li><li><b>isteri </b>butuh <b>honesty and openness</b> (jujur dan terbuka), sedangkan <b>suami </b>butuh <b>attractiveness of spouse</b> (pasangan yang menarik)</li><li><b>isteri </b>butuh <b>financial support</b> (dukungan finansial), sedangkan <b>suami </b>butuh <b>domestic support</b> (dukungan dari dalam rumah).</li></ul><p></p><p>Sayangnya, hal yang dipandang penting bagi isteri untuk dipenuhi, kerap dianggap kurang penting oleh para suami. Demikian pula sebaliknya, hal yang dibutuhkan oleh suami, kerap dipandang kurang penting oleh para isteri.</p><p>Inilah pentingnya saling memahami dan berusaha saling memenuhi kebutuhan emosi pasangan.</p><p>(Status FB Cahyadi Takariawan)</p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-17316433586238841382023-12-03T04:36:00.000-08:002023-12-03T04:36:00.989-08:00Tidak Ada Ilmu yang Ringan<p><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhyXKAGFSR38Vprg8-bAQxAw1mdts3vOa2-FwebSLCzpzYvBveV3BfDqHuua0Ld2QoVKoTgUQUWwwEzdG_w1urMVyiwL148shDR9zCIfX1leJSWiij77NRPiWSUCQW4BU2cVjbS1fs7gk2k4Xv3anTTNnUCSgoMtU1Nx_v1f64kVSYJ5XVSE3RiptGEeaLe=s1600" width="100%"></p><p>Imam Malik suatu hari ditanya tentang sebuah permasalahan. Lalu Beliau berkata: “Aku tidak tahu.”</p><p>Kemudian dikatakan, “Ini permasalahan ringan dan mudah (wahai Imam)”.</p><p>Imam Malik marah dan berkata, “Tidak ada ilmu yang ringan! Apakah kamu tidak mendengar Allah berfirman: “Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat” (QS Al-Muzammil: 5)? Maka ilmu itu semuanya berat, apalagi ilmu yang akan ditanya nanti di hari kiamat.</p><p><i>Adabul Mufti, Ibnu Sholah rahimahullah</i></p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-89643858840952415922023-12-03T04:28:00.000-08:002023-12-03T04:28:20.732-08:00Akibat Sibuk Berselisih antara Membaca Pelan atau Keras<p><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzp7_SbjfCLAxFYz3FCX5SsNuF0j745Uc2z66BjNVEvoko-5WW4RHR8mX-1Ntlq1Ju22dfd9eUl_vpNcy1xLjni3qgIN9dBSefBnu-5BAkkF-5K_Aphv19mUcd_LEYw1cS0DObCaO-dqLfT2jQpj0-L6b583Qk5CkxS6AcKIdYeubYW9xfUPqHsYr9Fpmq=s1600" width="100%"></p><p>Ketika pasukan Tatar mendekati Baghdad pada tahun 656 Hijriah, saat itu di dalam kota sedang sibuk dengan pertikaian antara pengikut Mazhab Hambali dengan pengikut Mazhab Syafi'i dalam perkara hukum membaca basmalah dengan sir (pelan) atau jahr (keras) bagi imam dalam salat, sampai terkadang mereka saling melempar sandal. </p><p>Waktu dan hari pun terus berlalu sampai akhirnya Tatar berhasil meruntuhkan ibukota kekhilafahan tersebut. Setelah itu, basmalah pun tidak lagi dibaca, sir maupun jahr.</p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-57956002343794397842023-12-03T04:14:00.000-08:002023-12-03T04:14:17.600-08:00Menangis Karena Kaki Belum Pernah Berdebu di Jalan Allah<p><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhrfGcgZ4Cu4o5KPmu3hMFKFypkUq2QZhwv7rjYZiRl3hQ6thWmY6k8vpPDsKdT3TH9UEjt2WebQH8wPP0qjeSA66GNk84g9QcciIXtYauFKwmwnevOVJCKdBbGgsQpWw7JL0fSOJUcNTyKe4koVuMxTdl14D0THwWVNGP6_R037QKirCQhYcVr9av55mMc=s1600" width="100%"></p><p>Menjelang wafatnya, Imam Abu Abdillah, Yunus bin Ubaid, melihat ke kakinya lantas kemudian menangis. Orang-orang di sekitar beliau bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Abdillah?”, beliau menjawab,”Kakiku ini belum pernah berdebu dalam berperang di jalan Allah.”</p><p><i>Lihat: Tahdzib Fudhola, Yunus bin Ubaid bin Dinar sang Imam Panutan</i></p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-91771665182966719022023-12-03T04:07:00.000-08:002023-12-03T04:07:40.540-08:00Antara Kepercayaan dan Uang 1000 Dinar<p><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhTL-xQDB8IvLoqO6mLvaFK_FRL7xt9g07Spvhf4cQ7KAhXh0kat9eHBWSEGWZzsQK2MmNPb5UeD_h9Rt4sUKrH1qRVgvSPhz12M1cxYhtmaqTGbZPIE3xcfrr3Nsd3L5T4BF24LGcFDOySMr4536wFuLlBqdPIAW2QoL7DGEQhXlA43yzDANO0rxIVn1wg=s1600" width="100%"></p><p>Diceritakan bahwa suatu hari Imam Al-Bukhari naik di sebuah kapal dengan membawa uang sebesar 1000 dinar. Pada saat itu, uang tersebut dianggap jumlah yang besar. Lalu seorang lelaki mendekati beliau dan memperlihatkan kedekatan serta keceriaan kepada beliau. Dia mendekat dan terus mengajak beliau bercerita. Ketika Imam Al-Bukhari sudah merasa dekat dengan lelaki tersebut, suatu hari, di dalam perjalanan, beliau mengabarkan kepada lelaki tersebut perihal uang dinar yang beliau bawa.</p><p>Suatu hari, ketika lelaki tersebut bangun dari tidurnya, ia (pura-pura) menangis histeris dan meratap sampai semua penduduk kapal mengelilinginya dan menanyakan sebab tangisannya.</p><p>"Aku kehilangan uang sebanyak 1000 dinar!" katanya sambil terus menangis</p><p>Maka mulailah orang-orang memeriksa seluruh penjuru kapal. Sedangkan Imam Al-Bukhari setelah mengetahui keadaan tersebut, beliau lalu secara sembunyi-sembunyi membuang uangnya ke tengah lautan.</p><p>Setelah selesai memeriksa seluruh penjuru kapal, orang-orang kembali dengan tangan hampa, nihil. Mereka lalu mulai mencerca lelaki tersebut dan menyebutnya sebagai pembual.</p><p>Ketika perjalanan usai, lelaki tersebut mendatangi Imam Al-Bukhari dan terjadilah percakapan di antara keduanya,</p><p>"Engkau kemanakan uang-uang dinar tersebut?" </p><p>"Aku membuangnya ke laut"</p><p>"Bagaimana bisa kamu sabar kehilangan uang sebanyak itu?" lelaki tersebut sangat keheranan.</p><p>Imam Al-Bukhari berkata, “Aku telah menghabiskan seluruh hidupku untuk mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan seluruh dunia telah mengenal kejujuranku. Sama sekali tidak mungkin aku mengorbankan kepercayaan tersebut hanya karena tuduhan mencuri, berapa banyakpun jumlahnya! Apakah mutiara mahal (yaitu kepercayaan umat) yang telah aku cari sepanjang hidupku akan aku korbankan demi sejumlah uang dinar??”</p><p>Dinukil dan diterjemahkan dari kitab: Sirah Imam Al-Bukhari yang ditulis oleh Imam Abdussalam Al-Mubarakfuri</p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7615433881610975118.post-75127887800630272492023-12-03T00:13:00.000-08:002023-12-03T00:24:44.134-08:00Obat Lupa dan Penguat Hafalan<p><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhHdHhHgEwyNmpdGOLgi-xEJ3jw3Nd_nZ5OK_l162AomCp5ztTdUQ1FLfTpEIKOQkbkgKtRRfsIj6sPVLz7p8bp0AWdBE47rS6ALliYoyfKBTcvm-ccn1rbRX9hnsn4IAN956DATykEWLeEDxDg05SbfeZVZDyvIaYEonhOu5Xd9JN5JnHEU9vwksW5o28n=s1600" width="100%" /></p><p>Ali bin Khasyram berkata: Aku melihat Waqi' bin Jarrah. Dia tidak pernah terlihat membawa buku sedangkan Dia lebih banyak menghafal dari pada kami. Aku takjub dengan hal itu lalu kutanyakan kepadanya:</p><p>"Wahai Waqi', kamu tidak pernah membawa buku dan menulis, lalu kamu lebih banyak hafal daripada kami?!"</p><p>Waqi' berbisik di telingaku, Ia berkata: "Wahai Ali, kalau kuberitahu kamu obat lupa apakah kamu akan mengerjakannya?"</p><p>"Iya, demi Allah"</p><p>Dia berkata: "Meninggalkan maksiat. Demi Allah Aku tidak tahu yang menguatkan hafalan lebih baik daripada meninggalkan maksiat."</p><p>(Siyar A'lam An-Nubala)</p>mas arishttp://www.blogger.com/profile/15542404876514431340noreply@blogger.com0